Tuesday, August 4, 2009

Semua (sepertinya) Tergantung Mood

Selama hidup saya sekian puluh tahun di dunia ini (hemm, terkesan tua sangat daku ini), saya memang suka memperhatikan orang, apa yang mereka pakai, apa yang mereka makan, apa yang mereka bawa, apa yang mereka lihat dll. Sepertinya saya ini tidak punya pekerjaan saja melihat orang dengan sebegitunya, tapi saya tidak melihat hal-hal tersebut sambil melotot kok, kadang hanya sepintas, kadang kalau sangat, sangat menarik perhatian saya bisa menikmati waktu saya untuk melihat bagaimana orang tersebut berinteraksi dengan yang lainnya. Jangan salah, ketertarikan ini bukan seperti ketertarikan antara dua insan (regardless of their gender) yang menyebabkan mereka saling jatuh hati, ini lebih kepada ketertarikan yang tiba-tiba datang di saat menunggu bus, menunggu antrian di bank, kantor pos dll, ketika (sepertinya) tidak ada hal lain yang dilakukan. Ini hanyalah ketertarikan tanpa ada maksud apa-apa, kalaupun akhirnya hati ini jatuh juga, yaa, anggap saja bonus ...

Walaupun demikian, saya memang jarang benar-benar memperhatikan mood seseorang, apa yang dia rasakan, apa yang dia pikirkan, apa yang membuatnya sedih/tertawa/bahagia/murung. Saya kadang bertanya memang kenapa Si A terlihat begitu ceria ketika hari sebelumnya terlihat berduka, tetapi lama-lama saya berpikir bahwa keingintahuan untuk yang satu ini hanya selintas saja. Sampai akhirnya, beberapa bulan terakhir ini saya memperhatikan orang-orang sekitar saya dengan segala polah tingkahnya, saya pikir apa yang namanya mood itu memang sangat mempengaruhi bagaimana orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Kadang, saya sangat mudah meminta sesuatu dari seseorang ketika dia sedang senang, tapi ketika wajahnya keruh, untuk berbicara saja malas, maka sepertinya apa yang saya katakan tidak penting lagi. Jika saat-saat seperti ini datang pada seseorang, saya biasanya lebih suka membiarkannya sendiri dan bicara lagi lain waktu kecuali untuk hal-hal yang sangat, sangat penting.

Kenapa orang senang atau kata orang mood-nya sedang bagus? Mungkin dia baru mendapatkan rejeki, anaknya diwisuda dengan nilai membanggakan, istrinya memberikannya sesuatu yang istimewa sebagai kado ulang tahun, cucunya mulai bisa menyebut namanya, atasannya memberikan pujian, apa yang dia inginkan terpenuhi, dan banyak hal lainnya. Kadang, saya sendiri merasa bahwa saya bisa saja tiba-tiba merasa bahagia dan senang tanpa tahu kenapa saya begitu. Perasaan itu tiba-tiba saja datang, dan biasanya untuk yang satu ini, secepat itu dia datang, secepat itu juga dia pergi.

Kenapa orang bertampang murung dan tiba-tiba semuanya terasa salah? Bisa jadi dia baru saja kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya, anaknya tidak mendengarkan nasehatnya, bawahannya membantahnya, atasannya memarahinya, apa yang benar-benar dia inginkan ternyata diraih oleh orang lain, terlalu capai setelah perjalanan jauh dll. Anehnya, ketika perasaan ini tiba-tiba datang, tidak secepat itu pula dia pergi.

Mengapa perasaan negatif lebih lama ada daripada perasaan bahagia? Mengapa kesedihan itu sepertinya abadi dan kebahagiaan tidak dapat berlangsung selamanya? "Ahh, itu perasaanmu saja, mood-mu baru jelek" mungkin itu komentar yang sering kita dengar. Tapi entahlah, mungkin waktu saya menulis ini mood saya sedang tidak bagus gara-gara ada yang sedang mood-nya jelek. Mungkin benar kata orang bijak, hal buruk cepat menular tapi hal baik susah menirunya.

Tidak ingin menduakan atau bermaksud mempertanyakan kuasa-Nya, tapi bagaimana jika Tuhan mempunyai mood, bagaimana kalau mood-Nya sedang tidak bagus? Mungkin, untuk orang-orang tertentu yang memiliki kekuasaan, mood seharusnya tidak lagi mereka hiraukan. Tapi, lagi-lagi, penguasa kan juga manusia ...

No comments: