Setiap tahunnya, di Indonesia, mudik hari raya merupakan tradisi, baik lebaran maupun natal. Karena sebagian besar penduduknya Muslim, maka mudik lebaran merupakan fenomena tersendiri. Tiket tujuan ke semua daerah di
Makanya, antrian panjang di berbagai stasiun di Jawa (setahu saya jalur kereta yang paling aktif memang hanya di pulau ini, entah kalau di Sumatera bagaimana) sebulan sebelum keberangkatan menjelang lebaran menjadi berjubel dipenuhi orang-orang yang bersemangat liburan atau “mudik”, istilah yang sering dipakai. Walaupun dibilang bahwa ada kereta tambahan, tetap saja tiket sudah habis dari pagi. Contohnya pagi ini, saya berencana kembali ke
Waktu itu saya heran juga, bukannya katanya pembelian tiket diperketat untuk menghindari calo – PT KAI sedang disorot di banyak media re: calo tiket ini – tetapi tetap saja tiketnya sudah habis sejak pagi. Ini juga karena memang sistem pembelian tiket KA sekarang online sehingga bisa diakses di stasiun manapun di Indonesia. Tapi tetap saja kecewa juga. Teman saya sempat berkomentar sehari sebelumnya waktu kami ke Gambir karena salah menghitung tanggal, ada spanduk yang bertuliskan kira-kira “Calo tidak memecahkan masalah”, tapi begitu kami keluar dari pemesanan tiket sudah ada orang yang menawarkan tiket, jadi mana yang benar?
Kalau tiket kereta sudah habis, sebenarnya bisa coba pesawat tapi ya ampyun tiket pesawat ke Yogya itu mungkin sama mahalnya dengan tiket ke
Ya, begitulah, pelajaran moral penting dari peristiwa di atas adalah, jikalau Anda ingin berlibur ke Yogya, baik lebaran maupun bukan, dan Anda adalah tipe orang yang masih berpikir soal keuangan, maka pesanlah tiket dan rencanakanlah perjalanan Anda dari jauh-jauh hari supaya Anda tidak mengalami yang saya alami, pusing nyari tiket pulang…terlalu…
No comments:
Post a Comment