Friday, April 24, 2009

Kecewa

Ada banyak alasan kenapa orang jadi merasa kecewa, tidak mendapatkan pesanan dengan cepat waktu di restoran, nunggu bis kelamaan padahal sudah hampir telat, sudah antri tiket kereta dari pagi giliran sudah di depan counter tiket sudah habis, tidak diijinkan keluar malam, diputus pacar, mungkin intinya tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Yang menarik diamati bukan bagaimana orang kecewa tapi justru bagaimana mereka mengekspresikan kekecewaan itu. Ada teman yang menggunakan kata "kecewa" atau "chewah" menjadi semacam kata "halah", jadi sering dengar kata ini diucapkan.

(1) Ada yang marah-marah di tempat ketika apa yang dicari atau diinginkan tidak didapat. Begitu diberitahu, orang tersebut akan melotot dan berteriak-teriak, mencaci maki berusaha mendapatkan alasan dengan pertanyaan yang diutarakan keras-keras (walaupun ada juga yang cukup berteriak kemudian pergi karena kesal). Kalau sudah begini, biasanya kalau tidak adu mulut berkepanjangan, jadinya malah berkelahi secara fisik, kemudian salah satu cedera, yang paling fatal salah satu atau malah dua-duanya meninggal. Kalau gini kejadiannya, komentarnya mungkin, "what a wasted life!" (yang ini sinetron banget)

(2) Kemudian ada juga yang dengan aktif menumpahkan kekecewaan tersebut dalam bentuk tulisan. Dari grafitti di dinding-dinding kota yang mungkin bertuliskan, "A - B" (A dan B nama orang dan tanda strip itu diganti gambar hati yang retak, oohh tragisnya); atau bisa juga dengan menghabiskan satu buku harian untuk menulis kronologis kejadian, mencoba menganalisa apa yang salah, mencari pembenaran bahwa si penulis ada di pihak yang benar dan semua kesalahan adalah milik orang lain selain dirinya. Ada juga yang tiba-tiba tekun di depan komputer/laptop menulis berbyte-byte dokumen padahal biasanya rajin main games komputer. Yang sekarang kebanyakan rajin mengungkapkan perasaan dengan meng-upload "cerita tragis"nya ke internet, membuat blog, mencari sebanyak mungkin pendukung sehingga terkurangilah kekecewaannya. Yang terakhir ini sedang nge-tren. (yang ini kreatif banget)

(3) Tapi, ada juga yang diam dalam kekecewaan. Begitu tahu apa yang diharapkan tidak diperoleh, orang itu cuma diam, memendam untuk diri sendiri, tidak seorangpun boleh tahu. Semua orang tahu ketika menemukan tubuh kakunya menggantung di salah satu tiang di salah satu kamar di rumahnya atau rumah kontrakan atau rumah kosnya. Tapi tidak semua yang diam memilih cara tragis ini, ada yang tetap diam dan berlaku seolah-olah tidak ada apa-apa dan hidup berjalan seperti biasa, prinsipnya hanya dia dan Tuhan yang tahu. (yang ini tragis bin ironis banget)

Mungkin saya menulis ini karena kecewa dan karena sok kreatif (lihat no. 2) sehingga mencoba mencurahkan kekecewaan saya itu (walau saya sendiri tidak tahu kenapa saya tiba-tiba menulis ini). Atau saya sok-sok kaya para antropolog yang suka menganalisa perilaku manusia? Atau memang saya sedang tak ada kerjaan sehingga hal yang gak penting begini dipermasalahkan. Ya, untuk kali ini biarlah saya dan Tuhan yang tahu ... (yang ini terkesan sok relijius...)


No comments: