Tuesday, January 15, 2008

Kembali Pulang...

Setiap waktu yag telah berlalu pasti membawa perbedaan kepada setiap orang, walaupun perbedaan itu tidaklah besar. Apa yang terjadi di suatu tempat, pada orang2 yang tinggal di tempat tersebut setelah beberapa lama ditinggalkan? Apakah ada gedung baru yang didirikan, keadaan lalu lintas semakin parah, banjir dimana-mana, ataukah, luasan taman kota yang dulunya gersang tak terawat tiba2 menjadi berubah dengan hijaunya rimbunan pohon, semaraknya warna2 bunga yang sedang berkembang. Bagaimana dengan orang2nya? Semakin banyakkah yang tinggal disana atau sebaliknya. Apakah mereka masih merupakan orang2 yang sama yang suka membuang sampah sembarangan, yang tidak peduli dengan orang lain, orang2 yang sama yang selalu berdesak2an di angkutan umum. Ataukah, mereka adalah orang2 yang menyimpan bungkus permennya dan baru membuangnya setelah menemukan tempat sampah, orang yang dengan sadar dan senang hati memberikan tempat duduknya pada orang2 yang sudah renta dan perempuan atau anak2.

Saya belum dapat mengatakan apa yang berubah dari Jakarta setelah hampir setahun saya tinggalkan. Perjalanan dari bandara sangatlah lancar, tidak ada kemacetan, menurut sopir taksi yang mengantar saya, hari itu Sabtu dan libur panjang, jadi orang2 mungkin sudah keluar Jakarta. Cuaca juga tidak sepanas yang pernah saya ingat, waktu itu mendung. Tetapi seingat saya, walaupun mendung, Jakarta bukannya biasanya panas, hareudang kata orang Sunda (apakah penulisan kata tersebut tepat?). Tetapi waktu kurang dari satu hari memang belum dapat memberikan gambaran sebenarnya mengenai kota ini.

Apapun itu, yang saya baca di media sangatlah parah, macet karena pembangunan jalur busway, banjir karena musim hujan sudah datang, dan gubernur baru tentunya. Tetapi terus terang, yang terakhir bukan menjadi hal yang menarik bagi saya. Jikalau kemarin Jakarta sepi bukan berarti bahwa hal itu berlaku setiap hari. Saya membayangkan tanggal 2 Januari nanti, ketika banyak orang sudah mulai masuk kantor, maka macet akan dapat ditemui dimana2.

Tetapi saya tetap menemui hal yang sama seperti yang saya temui di banyak daerah di Indonesia. Ketika saya masuk daerah pemukiman, banyak orang yang memperhatikan apa yang saya lakukan, mungkin mulai membicarakannya. Setelah hampir setahun saya dapat melakukan apapun tanpa ada yang peduli, kini saatnya saya harus juga memperhatikan orang lain, apa yang mereka katakan. Walaupun itu bukan (dan tidak selalu) berarti bahwa saya harus mengikuti pendapat2 mereka. Mendengar saja terkadang sudah cukup. Pada kesempatan yang lain, bahkan akan lebih baik kalau kita pura2 tidak mendengar sama sekali.

Saya tahu mungkin akan sangat tidak nyaman kembali ke lingkungan dimana orang2 suka membicarakan apa yang kita lakukan atau katakan. Tetapi bukan Indonesia namanya jika orang2 sudah lagi tidak peduli apa yang Anda kerjakan. Bahkan Anda membeli barang baru saja, mobil atau furniture baru, tidak sampai keesokan harinya orang2 di kompleks Anda sudah tahu semua. Hebatnya, ini tidak perlu memakai alat komunikasi yang canggih, tidak memerlukan satelit maupun internet. Ini hanya perlu kekuatan kata2 para tetangga di kompleks Anda. Tetapi, sekali lagi, saya bahagia kembali lagi ke lingkungan itu, karena nanti kalau ada apa2 saya akan banyak yang membantu, walaupun mendapatkan juga bonus diomongin orang2… Harga yang Anda harus bayar untuk kembali ke rumah memang besar, tapi akan jauh lebih mahal kalau Anda meninggalkannya.

No comments: