Wednesday, December 26, 2007

Orang2 yang sedang Bosan

Pernahkah Anda perhatikan apa yang dilakukan orang2 ketika mereka bosan, bagaimana raut muka mereka? Mungkin saya termasuk sekian juta orang yang ‘kurang kerjaan’ sehingga kadang saya memperhatikan apa yang orang lain lakukan tanpa bermaksud mengamati secara sengaja. Bagi saya, bisa jadi ini adalah cara saya mengatasi kebosanan, atau bisa juga sebagai tanda bahwa saya sudah bosan dengan apa yang saya lakukan.

Ketika menunggu lampu merah atau ketika sedang macet, ada saja cara orang melewatkan waktunya. Sibuk dengan HP masing2, ato sibuk membolak-balik koran atau majalah, atau berbicara dengan orang di sampingnya. Lain waktu, ada yang bahkan sibuk mengaca dan membenarkan make-up. Tetapi tidak jarang, mereka melihat lurus ke depan, walau di depannya hanyalah sederetan panjang antrian mobil, bus, sepeda motor, yang kebetulan sama2 terjebak lampu merah atau macet. Ada juga yang mendengarkan radio ataupun MP3 player sambil mengetuk2kan tangannya di kap mobil.

Berbeda dengan mereka yang sudah lama menunggu angkot, tidak ada bedanya baik di Sydney atau Jakarta, atau mungkin tempat lainnya. Jika orang sudah bosan, mereka kadang cuma duduk, atau berdiri (jika tidak mendapat tempat duduk) diam dan melihat ke depan entah kemana, atau ke bawah. Jika sedang bersama teman, pacar, suami/istri ataupun anak, mereka sibuk dengan orang2 tersebut. Tapi tidak jarang juga yang sama2 diam, melihat2 arloji di tangan, lama nian busnya datang. Saking tidak ada kerjaannya, saya kadang bisa mendengar apa yang dikatakan orang di sebelah, sekali lagi tanpa bermaksud mencari tahu apa urusan mereka.

Kalau kebetulan sedang berada di angkutan umum sebagian besar orang yang saya perhatikan, jika tidak berbicara dengan orang di sebelahnya adalah membaca serta mendengarkan MP3 player mereka (terutama di Sydney, karena orang jarang membaca di angkutan umum di Jakarta!). Atau, seperti juga saya, cuma melihat keluar jendela, mengamati kembali jalan yang sama yang sudah berkali2 dilewati, gedung yang sama yang belum juga berubah. Kalau ditanya memikirkan apa, terkadang dalam keadaan seperti itu, pikiran ini malah istirahat. Atau kalau tidak, dia mencari2 kesibukannya sendiri, ‘kenapa sih ibu2 di seberang itu tidak diantar keluarganya, kan sudah tua?’ atau ‘aduhh, brisik sekali anak2 ABG di kursi belakang itu!’ Sepertinya, jika sedang kebosanan seperti itu, panca indera berfungsi dengan baik semuanya. Tapi tidak jarang juga di antara mereka yang tidur.

Lain lagi ceritanya dengan para spouse (terutama para lelaki), yang menemani belanja. Ketika matahari telah tinggi dan kaki sudah lelah menapaki semua sisi pusat perbelanjaan, mereka terkesan hanya tinggal menunggu nasib saja, pasrah menunggu di luar toko. Tak peduli lagi berapa kali kartu kredit mereka digesek, tak peduli lagi jikapun mereka harus membawakan bertas2 belanjaan. Itu kesan yang saya tangkap lo. Jangan salah, kasihan melihat mereka duduk kecapekan menunggu pasangan yang sedang giat membolak/ik barang, membandingkan harga, menghitung diskon. Ada kalanya, mereka terlihat agak marah ketika pasangan keluar dari toko membawa belanjaannya.

Anak2 memiliki cara sendiri jika mereka bosan. Banyak yang menangis keras2 mencari perhatian, merebut mainan temannya, menumpahkan minuman, mengobrak-abrik makanan. Seribu satu cara dilakukan agar mereka diperhatikan. Ada memang yang akhirnya tertidur, cuman sebagian besar yang saya temui ya itu, menangis keras2, atau jika mereka sudah bisa berbicara, mereka akan terus nerocos sana sini.

Tetapi itu pengamatan saya saja. Itu yang saya pikirkan ketika melihat orang terlihat kebosanan. Mungkin mereka marah, capek, tak kuasa menolak. Mungkin mereka harus segera sampai di tempat tujuan tetapi kendaraan umum selalu saja terlambat. Tapi menurut saya, mereka semua pada dasarnya hanya menginginkan satu hal yang sama, segera keluar dari situasi yang mengungkung mereka pada kebosanan itu sendiri.

No comments: