Tuesday, February 19, 2008

Busway: Antara Benci dan Rindu

Busway sebenarnya, kalau boleh jujur, sangat membantu. Mungkin bukan jenis angkutan umum yang nyaman2 sangat, tapi kalaupun dikatakan sama sekali tidak nyaman juga tidak betul. Di semua busway ada fasilitas AC, ada tempat berdiri yang memadai dengan pegangan tangan pula. Tempat sampah memang tidak disediakan karena kebijakan pengelola, penumpang tidak boleh makan/minum di dalam busway. Alat pengaman juga cukup memadai, karena ada palu pemecah kaca kalau tiba2 terjadi hal yang tidak diinginkan. Tetapi untuk pemadam kebakaran, saya tidak ingat pernah melihatnya di busway, jadi jika memang alat yang satu ini tidak ditemukan berarti pengamanan memang boleh dibilang kurang memadai.

Selain itu, busway punya jalur sendiri, sehingga kalau ada kemacetan, bisa cepat kalau pake busway. Namun, jalur busway yang aman dari pengguna jalan lain, maksudnya tidak digunakan oleh pengguna jalan lain, selama ini yang saya tahu hanya di jalur Blok M-kota. Terus terang juga saya belum mencoba semua jalur busway. Selama ini yang sering saya gunakan hanya Blok M-Kota kemudian Senen-PGC-Kampung Rambutan. Kalau dibandingkan ya jauh, armada jelas lebih bagus Blok M-Kota, secara perjalanan ya lebih nyaman jalur busway yang dibuka pertama kali itu. Kalau yang di Kampung Rambutan, jalur busway-nya bisa digunakan oleh pengguna jalan lainnya, jadinya kebayang kan kalau lagi macet, naik busway atau bukan sama saja.

Idealnya memang jalur busway jangan sampai mengurangi lebar jalan yang sudah ada, cuman masalahnya kalau mau dibuat jalan khusus kaya monorail yang tidak jadi2 itu, kalau di Jakarta tempatnya sudah tidak ada. Tapi untuk banyak orang busway sangat membantu lo, terutama kalau angkutan kota yang biasa digunakan datangnya lama dan kalaupun ada berdesak2an dan jalanan macet. Bukan berarti naik busway itu nunggunya tidak lama dan tidak berdesak2an, tapi setidaknya lumayan, masih bisa pegangan dan tidak usah repot2 nyari2 dompet tempat uang setoran angkot. Kadang membayar di muka memang jauh lebih praktis, tidak usah kawatir kembalian yang belum diberika dll.

Khusus untuk berdesak2an, para pengguna busway tentunya sudah pengalaman juga. Sering jika saya pulang kantor tepat jam 5 atau 6, jika ada busway lewat bisa dipastikan penumpangnya seperti sarden, berdempet2an, penuh. Saya tidak tahu apakah karena armadanya yang sedikit/masih kurang, atau karena manajemennya saja yang belum benar2 jalan sehingga kedatangan busway tidak merata dan tidak bisa diperkirakan waktunya. Maksud saya, akan sangat2 membantu jika busway itu ada jadwalnya. Misalnya, setiap 15 menit atau setengah jam sekali ada busway yang datang, sehingga penumpang bisa mengira2 kapan musti berangkat ke halte, dan waktu tidak habis di jalan untuk menunggu angkot. Tetapi, ini semua dengan satu syarat, jika ada jadwal maka ajadwal tersebut dipenuhi, bukan hanya sebagai pajangan belaka. Mungkin, permasalahan dengan hal satu ini adalah jika jalur busway-nya tidak hanya untuk busway saja sehingga waktu tidak dapat ditentukan kapan. Tapi, untuk jalur seperti Blok M-kota kan mestinya sudah dapat dijadwalkan karena jalurnya eksklusif, dan waktu bisa dihitung dengan pasti. Tapi lagi2, ini perlu usaha ekstra, yang bagi pengelola angkutan umum tidak ada dalam kamus mereka.

Ya begitulah balada busway, jika sedang tidak penuh, jalanan lancer, nyaman nian naik busway. Tapi jika penumpangnya penuh, nunggunya lama, dan harus sampai di tujuan dengan segera, busway ini memang keterlaluan…begitulah busway kita. Sekilas info, di Yogya akan ada juga yang namanya Trans Jogjakarta, belum dapat share secara saya belum pernah mencoba, belum tahu kapan akan mulai jalan, baru melihat halte2nya sajah…mungkin setelah itu akan ada lagi Trans Bogor, Trans Surabaya, Trans Denpasar, Trans Jayapura, Trans….

No comments: