Thursday, February 14, 2008

“Sudah Becheq, Tidak Ada Ojheq ….”

Kutipan di atas sedang tenar di Jakarta, orang2 mengambilnya dari pernyataan yang (konon) berasal dari pesinetron pendatang baru, Cinta Laura, namanya seperti judul sinetron. Seorang Indonesia keturunan Jerman, yang klo ngomong Indonesia gak faseh dan aksennya kebule2an sehingga, menurut ybs musti belajar Bahasa Indonesia ke Australia (nah lo!). Jangan2 klo Bahasa Inggrisnya parah musti belajar ke China! Anyway, itu menurut email2 yang beredar, bahwa pernyataan tersebut berasal dari ybs yang Indo-Jerman itu.

Sebenernya ini mengenai keadaan akhir2 ini di Jakarta, sering sekali hujan. Bukannya tidak bersyukur, tapi jalanan yang kadang berlubang2 itu dipenuhi genangan air. Ini saya tidak sedang mengeluh pada Tuhan, tapi pada yang punya tanggung jawab memelihara jalan2 di ibu kota ini. Mending2 klo para pengendara motor dan mobil sadar diri klo kendaraannya melewati jalanan berlubang yang penuh itu bisa merugikan pengguna jalan lainnya (re: pejalan kaki). Maksudnya klo kebetulan ada orang jalan deket genangan air itu trus ada kendaraan lewat, ngebut pula, pejalan kaki tersebut kan akan basah kecipratan air tadi.

Ya, seperti yang saya alami tadi pagi. Ketika saya jalan dekat genangan air, tiba2 ada motor yang lewat dan begitulah, air hujan yang tergenang itu mampir dan ikut membahasahi baju saya. Padahal saya baru saja keluar rumah, on the way ke kantor. Untungnya, airnya tidak banyak jadinya saya tidak basah kuyup dan musti ganti baju, hanya kecipratan sedikit saja. Tapi, walaupun sedikit tak urung makian keluar juga, walau tidak saya teriak ke pengendara motor tersebut. Rugi, dia sudah jauh, lagian malu saja dilihat orang, pagi2, gerimis, teriak2 di perempatan, padahal yang dimaki tidak di situ.

Klo pejalan kaki yang disalahkan karena dekat jalan dekat genangan air, lah jawabannya simple, mau jalan kemana lagi? Lah si genangan air itu “nongkrongnya” dekat trotoar, deket tempat orang jalan. Belum kalau trotoarnya dipake pedagang kaki lima buat kios, jadinya kan mau tak mau jalan di jalan raya. Jalan yang jadi “hak”nya yang pake kendaraan, terpaksa kita ambil buat jalan kita sendiri. Lah bagaimana lagi, namanya juga terpaksa….

Tetapi, tidak semua pengendar mobil maupun motor yang gak punya hati, yang tidak mau tahu apakah pejalan kaki atau pengendara kendaraan lainnya dirugikan oleh kelakuannya. Masih ada kok yang memperhatikan orang lain, walau sedikit. Pagi ini, lagi2 setelah kecipratan sedikit air, saya harus melewati genangan air yang malah seperti danau di jalur busway depan Makopasmar. Musti rajin2 melihat apakah ada busway atau bus “nyasar” lainnya yang lewat jalur itu. tadi pagi sih waktu saya tepat berjalan dekat genangan itu, busway di belakang saya dengan baiknya berhenti, menunggu saya melewati genangan air itu. bisa dibayangkan kalau pas saya jalan disitu, tiba2 dengan kecepatan tinggi ada kendaraan yang lewat disitu, basah kuyuplah saya.

Begitulah, cerita singkat tentang pejalan kaki, genangan air, serta kendaraan2 di Jakarta. Kalau “jalanan becheq, tidak ada ojheq”, hati2 sajalah kalau jalan di jalanan Jakarta. Waspadalah, waspadalah …

No comments: