Monday, February 11, 2008

Sekali Lagi Kita Kecolongan…

Pagi ini saya membaca salah satu artikel di thejakartapost.com, selain berita tertembaknya Presiden Timor Leste, Ramos Horta oleh kelompok pemberontak Alfredo Reinado. Ini mengenai "pencurian" kekayaan alam kita, lagi2 nama salah satu kopi yang kita ekspor dipatenkan bangsa lain. Tetapi untuk saat ini bukan Malaysia, ini salah satu negeri di Eropah, Belande! Nama perusahaannya adalah Holland Coffee B.V. Entah ketularan Malaysia, entah emang niatnya menangguk untung berlipat2, tapi tetap saja, mereka mematenkan salah satu nama kopi kita. Karena pematenan tersebut, Indonesia tidak lagi dapat menggunakan nama tersebut untuk produk kopi ekspor kita.

Kopi yang namanya dicatut adalah kopi Gayo. Menurut artikel tersebut, kopi jenis ini hanya tumbuh di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Rachim Kartabrata dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) menyatakan bahwa Perusahaan Holland tersebut telah mengirimkan surat kepada pihaknya untuk tidak menggunakan kata "Gayo" untuk produk kopi Gayo yang diekspor ke Belanda. Pihak Belanda tersebut mengklaim bahwa perusahaannya telah mendaftarkan kata tersebut dalam salah produknya, "Gayo Mountain Coffee".

Indonesia sudah sering sekali kena beginian, pernah tempe, trus batik, trus lagu, sekarang kopi, mungkin besok2 hari akan ada lagi yang diklaim pihak asing. Dari tanaman yang bisa tumbuh dimana-mana (re: kopi), sampai hal-hal unik milik Indonesia (re: batik), dengan enaknya diaku milik bangsa lain. Memang beginilah kalau kita terlalu banyak memiliki kekayaan tapi tidak menyadari bagaimana menjaga dan memanfaatkan kekayaan tersebut.

Tapi, lagi-lagi orang Belande itu kok ya ndak berpikir panjang, mana ada kopi dari Belanda namanya Gayo, yang jelas2 nama Aceh. Eh, tapi kopi tumbuh ndak di Belande? Jangan2 mereka cuman beli dari negara lain trus dilabeli "Gayo" trus diekspor ke mancanegara. Haduh, yang satu ini lebih parah lagi. Tidak kreatif sekali kumpeni2 itu. Sudah menjajah selama beratus2 tahun, bukannya berpikir ganti rugi malah menimbulkan kerugian lebih besar. Yah, tapi mana ada sih bangsa penjajah yang mau mikirin negara jajahan, apalagi mereka sudah tidak dapat memeras jajahannya.

Mustinya kita belajar dari kesalahan, bagaimana caranya melindungi apa yang kita punya, salah satunya ya mematenkan produk2 kita. Saya dengar memang mahal awalnya, tapi pada akhirnya kita sendiri yang diuntungkan. Cuman, karena kita ni ada "tradisi" menggunakan barang2 bajakan (contoh dvd film bajakan) – "kita" dari artinya juga termasuk saya loh hehe – maka hak paten tentu seringkali kita abaikan. Bahkan tidak sedikit yang belum mengerti hak yang satu ini. Kita sering merasa memiliki, cuman jarang menerima konsekuensi bahwa memiliki berarti juga merawat, menjaga …

Begitulah, jika suatu saat nanti ada produk atau kesenian Indonesia yang diklaim milik bangsa lain kita sudah nggak heran lagi kan. Jadi, jika suatu saat, apakah itu Malaysia, apa Belanda mempatenkan gejog lesung ya jangan mendadak muntap2 hehe (sedang membayangken para kumpeni menumbuk padi di lesung …)

No comments: