Thursday, December 20, 2007

Skeptis


Bukannya saya ini sepenuhnya orang yang optimis, tetapi saya rasa saya telah banyak menemui orang yang lebih tidak optimis dari saya dalam beberapa hal, bahkan skeptis. Saya termasuk orang yang percaya bahwa sebisanya energi harus dihemat, penggunaan detergent seperlunya saja, kertas2 juga harus dihemat, biar hutan bisa diselamatkan. Saya tahu pandangan ini mungkin tidak sepenuhnya benar. Bagaimana kalau saya tetap menghemat apa yang harus dan bisa dihemat, tiba2 sekian juta orang lainnya di dunia melakukan pemborosan luar biasa. Lalu, saya kadang merasa bahwa orang yang skeptis itu sebenernya adalah orang2 yang bisa sangat egois?

Untuk masalah pemborosan, saya contohkan Dubai. Saya bukan anti pembangunan, tetapi menghadirkan tempat ski di gurun pasir adalah hal yang sangat mahal. Saya bodoh dalam ilmu fisika walau di SMA saya masuk kelas Fisika, memalukan bukan, makanya saya tidak tahu pasti berapa energi yang dihabiskan dalam semenit saja untuk tetap menjaga es2 di tempat ski itu tidak mencair. Tetapi yang pasti saya percaya kalau jumlahnya sangat banyak sekali. Tetapi kalau biaya bukan masalah kenapa tidak, mungkin begitu pemikiran orang2 yang ada di balik proyek ski Dubai. Daripada membuat pulau buatan yang tentunya mengubah semua ekosistem di laut, kenapa tidak berusaha menghijaukan padang pasir saja. Atau lebih mudah menimbun tanah di laut daripada menyuburkan pasir kali yaa… Tapi sekali lagi, itu urusan mereka, jadi karena saya tidak punya otoritas apapun ya cukup bagi saya menyaksikan saja, walau kadang dengan miris membayangkan seandainya ada orang miskin di Dubai (walau sepertinya mustahil ya) apa kata mereka dengan dana berlimpah yang digunakan untuk menyenangkan kalangan berada tersebut?

Kemudian, belum membayangkan berapa eksemplar koran dicetak per hari yang pada akhirnya dibuang begitu saja, berapa pohon harus ditebang untuk menghadirkan berita cetak ke rumah2 di seluruh dunia? Tetapi tentu saja koran menggunakan kertas daur ulang, ini asumsi saya. Walaupun demikian, tetap sayang rasanya jika harus mendaur ulang berkali2 yang akhirnya pertanyaannya adalah berapa energi yang dihabiskan untuk mendaur ulang kertas tersebut. Tetapi, jika oplah menurun, berarti tenaga kerja harus dipangkas, ini masalah lagi. Mau dikemanakn orang2 yang selama ini telah bekerja untuk media cetak (dan industri kertas tentunya) tersebut, ketika lapangan pekerjaan semakin sempit? Ini seperti lingkaran setan bukan? Anda berhenti membeli koran, kemudian karena banyak yang melakukan hal yang sama maka perusahaan harus memangkas produksi. Jika produksi dipangkas berarti iklan pun enggan masuk, dengan sendirinya kemampuan keuangan menurun, dan wajar saja jika PHK dilakukan. Jadi sepertinya Anda ingin menyelamatkan sesuatu dengan mengorbankan yang lain. Masalahnya dua2nya demikian penting; menyelamatkan hutan yang pada akhirnya menyelamatkan manusia tetapi mengorbankan kelompok manusia lainnya, atau menyelamatkan industri kertas yang juga menyelamatkan manusia tetapi mengorbankan hutan yang pada akhirnya mengorbankan manusia juga?

Membingungkan? Begitulah adanya. Tetapi bagaimana jika kita tetap menyelamatkan hutan dengan tidak semena2 menebanginya, tetapi perusahaan kertas atau koran tetap mempekerjakan karyawannya? Bagaimana jika pada waktu yang sama kita tetap dengan bijaksana menghemat kertas? Maksudnya, gunakan saja kertas daur ulang, dan hutan ditanami lagi, karyawan tetap bekerja, hutan aman, dan jika memang kompensasinya adalah kebutuhan energi meningkat, selama hutan terjaga bukannya kita tidak akan kekurangan air untuk pembangkit listrik? Tapi ini idealnya. Kemudian apa hubungannya dengan para skeptis itu?

Hubungannya adalah seperti apa yang terjadi di Dubai tersebut. Maksud saya, sementara ada orang berusaha dengan kuat untuk menghemat sesuatu, ada sebagian lainnya yang menghambur2kannya. Maka orang2 yang berusaha menghemat ini mungkin akan capek dan akhirnya berhenti menghemat. Di sinilah para skeptis itu. ‘Ah, saya sudah capek2 hemat energi ternyata tetangga saya kok kayaknya ndak peduli, sepertinya usaha saya sia2 saja, bahkan saya dibilang pelit’. Kadang memang batasan antar pelit dan hemat memang tipis, bahkan sangat tidak kentara. Tapi Anda tahulah batasan itu dimana, asal tidak keterlaluan maka bukan pelit namanya. Ada lainnya yang bilang, ‘saya tidak percaya menghemat kertas bisa menyelamatkan hutan!’ Sebenarnya memang hal ini sulit dipercaya. Tapi coba kita lihat dari sisi yang lebih optimis, jika semua orang melakukan penghematan kertas setidaknya kita tidak perlu menebangi pohon2 untuk membuat kertas2 baru, atau minimal kita mengurangi sampah, ya toch. Lagi2 bisa saja saya didebat tetapi jika seperti di atas menghemat kertas berarti mematikan industrinya yang nota bene mematikan kesempatan kerja karyawannya bagaimana? Saya tadi juga sudah bilang, secara implisit, didaur ulang saja dengan benar, maksudnya ganti bahan pulp yang langsung dari kayu hutan dengan bubur kertas bekas, bisa kan?

Tapi sekali lagi, ini masalah teknis yang sama sekali tidak saya kuasai. Jadi memang sulit untuk dibilang bahwa menghemat kertas bisa menyelamatkan hutan. Akan tetapi, sekali lagi, saya masih percaya bahwa lebih baik menghematnya daripada menghambur2kan untuk hal2 yang tidak seperlunya. Kalau ada yang bilang itu sangat tidak masuk akal, saya rasa orang ini harus berpikir sedikit lebih keras lagi, dan berusaha untuk tidak egois dengan membuat dirinya sebagai standar dan mulai memikirkan bagaimana jika orang lain melakukan hal yang sama, instead of, terus2an mengatakan ‘Aku tidak peduli!’ Untuk orang2 seperti ini mungkin hanya satu yang bisa saya katakana, ‘Anda tidak perlu peduli memang, tapi jika suatu saat ada hal buruk menimpa Anda karena ketelodoran dan kesombongan Anda maka jangan salahkan orang lain, atau jangan mengharap orang lain menolong Anda. Bukankan selama ini tidak ada orang lain, tetapi hanya Anda?’

catatan: gambar di atas bukan di salah satu pegunungan di Swiss tetapi di Dubai, http://www.skidubai.org/ski-dubai-sunny-mountain.html, diakses tgl 20 Desember 2007

No comments: